Mimpi
Manusia
terdari dari dari fisik, jiwa dan ruhani. Karenanya, mimpi juga ada tiga macam
; sebagian ada yang berkaitan dengan kondisi fisik, sebagian yang lain
berkaitan dengan suasana jiwa, dan sebagian yang lain lagi berhubungan dengan
ruhani. Inilah yang dimaksud oleh hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah,
yang isinya sebagai berikut:
‘’mimpi
itu ada tiga macam, sebagian adalah godaan syaitan, sebagian lain berupa
cerminan dari sesuatu yang diinginkan oleh seseorang pada saat ia sadar, yang
kemudian ia melihatnya pada saat tidur, dan sebagian yang lain merupakan bagian
dari empat puluh enam bagian kenabian.’’
Adapaun
sesuatu yang dilihat ketika tidur yang disebabkan oleh keadaan fisik yang sakit
atau suhu badan yang meninggi, itu tidak perlu ditafsirkan. Karena tidak
mengisyaratkan sesuatu makna. Inilah yang didalam istilah hadits dinamakan
adhghatsuahlaam.
Adapun
mimpi yang berkaitan dengan jiwa, inilah yang dapat kita rujuk dari pendapat
Sigmund Freud dan orang-orang sepertinya, ia merupakan refleksi dari
keinginan-keinginan dan tekanan-tekanan jiwa yang terpendam. Ia muncul dengan
pristiwa nyata atau berwujud simbol-simbol. Dari logika inilah kita dapat
memahami indahnya syair-syair cinta (terutama syair-syair Al-Bukhturi ) yang
menggambarkan bentuk tubuh orang yang dicintai, yang dilihatnya dalam tidur
atau yang terbayangkan, ketika ia dapat bertemu dengannya secara langsung
disaat sadar (tidak tidur).
Mimpi
yang berkaitan dengan ruhani adalah mimpi yang datang kepada manusia dari luar
dirinya , yakni Allah swt. Allah menyebutnya didalam Al-Quran dengan kata
hadits. Allah Swt berfirman tentang Nabi Yusuf as.
‘’... dan demikian pulalah Kami memeberikan kedudukan yang baik kepada
Yusuf di muka bumi (Mesir), dan agar Kami ajarkan kepadanya ta’bir hadits
(tafsir mimpi)........ (Yusuf 21).
Kata
al-hadits menunjukkan adanya pembicaraan dari luar, karena manusia tidak akan
berbicara dengan dirinya sendiri.
Mimpi-mimpi
yang berkaitan dengan jasad atau yang diistilahkan dengan ahlaam atau adhgatsu
ahlaam itu sedikit sekali, demikian halnya berkaitan dengan ruhani. Kebanyakan mimpi
itu berkaitan dengan kondisi psikologis manusia, yang merefleksikan keinginan,
kekhawatiran, atau harapan-harapannya.
Mimpi
yang berkaitan dengan ruhani, itulah mmimpi yang benar, mimpi yang mungkin
ditafsirkan berkaitan dengan kejadian dimasa yang akan datang, sebagaimana
dijelaskan didalam surat Yusuf . adapun kaitannya dengan ‘satu bagian dari
empat puluh enam bagian kenabian,adalah seperti Rasulullah saw. Mendapatkan wahyu
terus menerus selama kurun waktu 23 tahun. Kurang lebih enam bulan diantaranya,
wahyu turun melalui mimpi. Itu berarti seperempat puluh enam bagian
(0,5/23=1/46).
Disebutkan
bahwa orang mukmin itu dapat mengalami mimpi sekaligus mendapat tafsirnya
sebagaimana melihat fajar di pagi hari, sangat jelas. Adapun mimpi para nabi
adalah kebenaran adanya. Dalam Al-Quran, kita dapatkan ayat yang menceritakan
bagaimana nabi Ibrahim as. Berkata kepada putranya,’’ saya melihat dalam mimpi bahwa saya menyembelihmu.’’
Mimpi dalam kisah ini berkedudukan sebagai suatu perintah yang tegas dan jelas.
(fatwa-fatwa populer Ali Thanthawi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar