Seorang
dokter Muslim terkenal, Tsabit bin Qurrat, menjelaskan tentang tangga meraih
kebahagiaan. Beliau merangkai perkataan dalam ungkapan sederhana dan lugas, ‘’Sehatnya
badan terdapat dalam makanan yang sedikit, tenangnya jiwa terdapat dalam kadar
kesalahan yang sedikit, tenangnya jiwa terdapat dalam keinginan yang sedikit,
dan tentramnya lidah terdapat dalam pembicaraan yang sedikit.’’
Syeikh
Ahmad Syarbashy pernah berkata, ‘’Benarlah apa yang dikatakan oleh orang bijak
bahwa tubuh yang sehat terdapat dalam porsi makanan yang sedikit. Tubuh itu
adalah mesin, sedangkan makanan adalah bahan bakarnya. Bahan bakar itu haruslah
diberikan dalam kadar tertentu karena jika kelebihan kadarnya, maka hal itu
bisa lebih menyakitkan daripada api. Ketika tubuh diberikan kebebasan untuk
memenuhi segala keinginannya, hal itu juga bisa menjadi bencana baginya.’’
Oranga
yang berakal adalah orang yang makan untuk hidup,sedangkan orang yang bodoh
adalah orang yang hidup untuk makan. Allah berfirman ;
Makanlah dan minumlah, tetapi janganlah kalian melebihi batas.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melebihi batas.
(QS.Al-a’raf,7:31)
Sebuah
riwayat menyatakan, ‘’Kami ini adalah
kaum yang tidak akan makan sehingga kami merasa lapar. Jika kami makan, kami
tidak sampai merasa kekenyangan.’’
Ketenangan
jiwa itu terdapat dalam kadar dosa yang sedikit karena sesungguhnya jiwa itu
selalu menyuruh untuk melakukan perbuatan jelak, terbebas dari norama, dan
lepas dari aturan yang mengikatnya. Ia pun terseret oleh kendali setan hingga
akhirnya terempas dan binasa, terbujuk dan tertipu, serta berbuat lalim dan
melampaui batas.
Karena
itu, musuh yang paling berbahaya bagi manusia adalah hawa nafsu sendiri. Jika
ia menuruti apa yang menjadi keinginan hawa nafsunya, nisacaya ia akan kalah.
Apabila ia mampu menjaga jarak antara dirinya dan hawa nafsunya, ia akan tetap
teguh berada di jalan-Nya.
Al-Quran
berbicara tentang hal ini,
Demi jiwa dan demi Tuhan yang telah
mencitakannya.
Maka Dia mengilhamkan kepada jiwa itu
menyebab-
Kan kebinasaan dan menyebabkan keselamatan.
Sungguh beruntung orang-orang yang
membersihkan jiwanya
Dan rugilah orang-orang yang mengotori
jiwanya.
(QS.Asy-Syams,
91:7-10)
Al Bushiry
berkata
‘’Jiwa
itu bagaikan anak kecil,
Jika Anda mengabaikannya
Niscaya ia kan tumbuh
Untuk selalu ingin disusui
Dan jika Anda menyapihnya,
Niscaya ia akan menjadi orang
yang tersapih.’’
Ketentraman
hati terdapat dalam keinginan yang sedikit. Artinya, tidak banyak gelisah,
takut, dan sedih, karena hati yang lemah itu akan selalu membukakan pintu-pintu
kelemahan dan kebimbangan. Akibatnya, ia pun tertidur dalam kegelisahan abadi
yang membuatnya menyesal terhadap apa yang dilakukannya dimasa lalu, merasa
sempit dengan masa depannya, memicu permusuhan dengan orang lain, menuduh
segala ucapan orang lain dengan berbagai macam sangkaan, selalu merasa tamak
terhadap hal-hal yang tidak bisa diraihnya, dan terus-menerus mengaitkan
cita-cita dengan khayalannya.
Adapun
orang yang memiliki hati yang teguh, maka ia selalu beriman kepada kerentuan
Allah dan percaya dengan sabda Rasulullah saw :’’ Alangkah menakjubkan orang
mukmin. Segala masalahnya merupakan kebaikan dan tidak ada satu pun yang bisa,
kecuali bagi orang mukmin. Jika ia mendapat kebahagiaan, ia akan bersyukur dan
itu menjadi suatu kebaikan baginya. Adapun jika ia ditiesalahan, ia tetap
bersabar dan itu menjadi satu kebaikan baginya (HR. Muslim)
Inilah
nikmat yang hanya bisa diraih oleh orang yang memiliki hati yang teguh dan rida
terhadap segala ketentuan Allah. Karena itu, Rasulullah saw sering membaca doa,
Ya allah, wahai yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku untuk
selalu memegang agama-Mu (H.R. Tirmidzi)
Ketika
hatinya teguh memegang akidah dan tali Tuhanmu serta kembali kepada
naungan-Nya,sungguh ia telah kembali kepada penunjuk yang jelas.
Islam
selalu mengajarkan pemeluknya untuk memelihara jiwanya, menenangkan hatinya,
dan mengendalikan dirinya. Al-Quran berbicara tentang sifat orang mukmin,
Orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tenang karena selalu dzikir kepada Allah. Ketahuilah bahwa dengan zikir
kepada Allah, niscaya hati itu akan menjadi tenang. (Q.S. Ar-Ra’d,13:28).
Al-quran
pun senantiasa memerintahkan manusia untuk selalu menjauhi kesedihan dan faktor
penyebabnya,
Janganlah
kalian merasa hina dan bersedih hati padahal kalian adalah orang-orang paling
tinggi derajatnya jika kaliann beriman. (QS.Ali imran,3:139).
Al-Quran
pun menggambarkan sifat hamba-hamba yang istiqamah bahwa mereka takut dan
bersedih hati. (QS. Fushilat, 41:30-32).
Ketenangan
lisan itu ada ketika kita sedikit bicara, karena sesungguhnya banyak bicara itu
bisa mendatangkan kesengsaraan. Apabila lisan itu mengeluarkan perkataan tanpa
kendali, niscaya hal itu akan menjadi musibah, dan musibah manalagi yang lebih
berbahaya bagi manusia daripada musibah lisan. Oleh karena itu, Rasulullah saw
berpesan,
Ibnu
Abbas berkata terhadap lisannya , ‘’
Celakalah kamu! Katakanlah perkataan yang baik agar kamu menjadi kaya, diamlah
terhadap perkataan hal-hal yang jelek, niscaya kamu akan selamat, dan jika
tidak, maka ketahuilah bahwa kamu akan menyesal.’’
Seorang
bijak pernah ditanya :’’Kapan seseorang
itumenjadi kuat?’’ Maka ia menjawab, “ketika lidahnya ingin sekali mengucapkan
suatu yang tidak bijaksana,namun ia menahannya dengan serius dan
sungguh0sungguh’’.
Syekh
Ahmad Syarbashy berkata :
‘’Inilah
jalan menuju kebahagiaan dalam naungan agama. Apabila tubuh telah terjaga dari
sikap berlebihan dalam makanan, jiwa telah terjaga dari perbuatan dosa, hati
telah terjaga dari perbuatan dosa, hati telah terjaga dari beban kegelisahan
dan kesedihan, dan lisan terjaga dari ucapan yang tidak bermanfaat, maka
sungguh orang itu telah istiqamah dan ia akan menjadi orang yang bahagia.’’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar