Halaman

Selasa, 06 November 2012

Teori Moneter Klasik

TJH 468*60
Language Line Services
LinkShare_125x125ButtonV2



          Tiang utama dari teori moneter klasik adalah J.B. say, Irving Fisher dan A. Marshall. J.B say terkenal karena hukum yang dikemukakannya, bahwa penawaran akan selalu menciptakan permintaan (supply creates its own demand). Artinya, bahwa suatu perekonomian tidak akan mengalami underemployment atau apa yang oleh Malthus dinamakan underconsumption. Pengeluaran total masyarakat akan selalu dapat mencukupi untuk menunjang produksi pada keadaan kesempatan kerja penuh (full employment).
                Namun demikian,output yang dapat dihasilkan tergentung daripada tingkat teknologi dan makin tinggi jumlah dan kualitas tenaga kerja tingkat output potensial yang dapat dihasilkan juga makin besar. Artinya, tingkat full employment ouput dapat menjadi lebih besar. Keadaan yang selalu full pada employment ini dapat tercapai melalui bekerjanya mekanisme pasar, yang oleh Adam Smith disebut “invisible hand’’.

 
                Apabila seseorang yang ingin bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan, dia tentu akan menurunkan upah yang dikehendakinya sampai ada pengusaha yang mau mempekerjakan. Demikian juga apabila ada pengusaha yang tidak dapat menjual semua hasil produksinya. Maka dia akan menurunkan harganya sampai terjual habis. Upah dan harga yang bebas berubah akan menjamin selalu terdapatnya keseimbangan dalam pasar tenaga kerja dan pasar barang sebagai hasil saling mempengaruhinya antara permintaan dan penawarann melalui orinsip Laissez Faire (bebas, tanpa adanya campur tangan).
                Malthus menyanggah argumentasi diatas dengan mengatakan bahwa meskipun produksi barang dan jasa itu menimbulkan pendapatan dalam jumlah yang sama dengan nilai total barang dan jasa, namu tidak dapat dipastikan bahwa pengeluaran untuk pembelian mesti sama dengan nilai barang dan jasa tersebut. Penawaran akan menciptakan tenaga beli (pendapatan) namun belum mencpitakan pengeluaran dengan jumlah yang sama. Misalnya, jika masyarakat menabung terlalu banyak dari pendapatannya (lebih banyak dari keinginan perusahaan untuk melakukan investasi), maka ada sebagian produksi yang tidak terjual. Akibatnya pengusaha akan memperkesil volume produksi., sehingga akan terjadi pengangguran. Pengusaha akan terus mengurangi produksinya sampai sisa yang tak terjual itu habis semua, sehingga pendapatan akan menjadi lebih rendah dari pada semula.
                Menurut ekonomi klasik, adanya tabungan masyarakat tersebut tidaklah berarti dana hilang dari peredaran, tetapi dipinjam/dipakai oleh pengusaha untuk membiayai investasinya. Penabung mendapatkan bunga atas tabungannya, sedang pengusaha bersedia membayar bunga tersebut selama harapan keuntungan yang diperoleh dari investasi lebih besar dari bunga tersebut. Adanya kesamaan antara tabungan dengan investasi (misalnya apabila tabungan meningkat, pengeluaran investasi juga meningkat) adalah sebagai akibat bekerjanya mekanisme tingkat bunga. Tingkat bunga akan berfluktuasi sehingga keinginan (desired) mengadakan investasi oleh perusahaan sama dengan keinginan (desired) menabung dari masyarakat.
Teori klasik tentang tingkat bunga
                Tabungan menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga. makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengorbankan/mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah keuntungan.
                Investasi juga tergantung/merupakan fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga, keinginan untuk melakukan ivestasi juga makin kecil. Alasannya, soeorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus ia bayar untuk dana ivestasi tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi sebab biata oengguanaan dana juga makin kecil.
                Tingkat bunga dalam keadaan keseimbangan (artinya tidak ada dorongan untuk naik atau turun) akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Secara grafik keseimbangan tingkat bunga dapat digambar seperti gambar berikut.

Keseimbangan tingkat bunga ada pada titik io, dimana jumlah tabungan sama dengan investasi. Apabila tingkat bunga di atas io, jumlah tabungan melebihi keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Para penabung akan saling bersaing untuk meminjamkan dananya dan persaingan ini akan menekan tingkat bunga turun balik ke posisi io. Sebaliknya, apabila tingkat bunga dibaah ini, para pengusaha akan saling bersaing untuk memperoleh dana yang relatif jumlahnya lebih kecil. Persaingan in akan mendorong tingkat bunga naik lagi ke io.
                        Keingingan efesiensi produksi misalnya, akan mengaibatkan keuntungan yang diharapkan naik. Sehingga pada tingkat bunga yang sama pengusaha bersedia meminjam dana lebih besar untuk membiayai investasinya, atau untuk dana investasi yang sama jumlahnya, pengusaha bersedia membayar tingkat bunga yang lebih tinggi. Keadaan ini dalam gambar tersebut ditunjukkan dengan bergesernya kurva permintaan investasi ke kanan atas, dan keseimbangan tingkat bunga yang baru pada i1.

2 komentar: